Totik Mansiathon Diri Marombou Bani Simbuei

My Blog

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, January 3, 2017

Sistem Perkawinan Simalungun Tempo Dulu

Oleh: Masrul Purba Dasuha, S.Pd

1. Kerajaan Silou berdiri sekitar abad 13, rajanya bermarga Purba Tambak menjemput isteri puteri Raja Nagur marga Damanik Rampogos. 

2. Kerajaan Batangiou berdiri sekitar abad 12, rajanya bermarga Sinaga mengambil isteri puteri Raja Nagur marga Damanik Rampogos. Setelah Nagur mengalami kemunduran, Batangiou menjemput isteri dari Kerajaan Bandar marga Damanik Bariba. 

3. Kerajaan Siantar berdiri sekitar abad 14, rajanya bermarga Damanik Bariba menjemput isteri puteri Tuan Silampuyang marga Saragih Sidabuhit (Sidauruk). 

4. Kerajaan Tanoh Jawa berdiri sekitar abad 14, rajanya bermarga Sinaga Dadihoyong menjemput isteri puteri Raja Bandar marga Damanik Bariba. 

5. Kerajaan Panei berdiri sekitar abad 14, rajanya bermarga Purba Sidasuha menjemput isteri puteri Raja Siantar marga Damanik Bariba. Sebelumnya leluhur Purba Dasuha yaitu Tuan Suha Bolag menikah dengan puteri Raja Nagur marga Damanik. 

6. Kerajaan Dolog Silou berdiri sekitar abad 17 rajanya bermarga Purba Tambak menjemput isteri puteri Raja Raya marga Saragih Garingging. Sebelum menjadi kerajaan, leluhur Dolog Silou yaitu Tuan Timbangan Raja pada awalnya menikah dengan puteri Penghulu Pintu Banua boru Barus dan juga puteri Raja Nagur dari Parti Malayu marga Damanik Malayu. 

7. Kerajaan Raya berdiri sekitar abad 15, rajanya bermarga Saragih Garingging mengambil isteri puteri Raja Panei/Tuan Bajalinggei/Guru Raya boru Purba Sidasuha. Sebelum menjadi kerajaan, leluhur Saragih Garingging yaitu Tuan Sipining Sori pada awalnya menikah dengan puteri Raja Silou marga Purba Tambak. 

8. Kerajaan Padang berdiri sekitar abad 17, rajanya bermarga Saragih Sidasalak menjemput isteri puteri Raja Silou marga Purba Tambak. 

9. Kerajaan Purba berdiri sekitar abad 16, rajanya bermarga Purba Pakpak menjemput isteri puteri Raja Siantar dan Raja Sidamanik marga Damanik Bariba. 

10. Kerajaan Silima Huta berdiri sekitar abad 17, rajanya bermarga Purba Girsang menjemput isteri puteri Raja Raya marga Saragih Garingging dan Tongging marga Munthe. Sebelum menjadi kerajaan, leluhur Purba Girsang yaitu Datu Parulas/Pangultopultop pada awalnya menikah dengan puteri Tuan Naga Mariah marga Sinaga.

11. Kerajaan Sidamanik berdiri sekitar abad 18, rajanya bermarga Damanik Bariba menjemput isteri puteri Tuan Silampuyang marga Saragih Sidauruk (Sidabuhit). 

12. Partuanon Bajalinggei berdiri sekitar abad 17, rajanya bermarga Purba Sidasuha menjemput isteri puteri Tuan Nanggar Raja (Naga Raja sekarang) marga Damanik.

13. Partuanon Dolog Batu Nanggar berdiri sekitar abad 18, rajanya bermarga Purba Girsang menjemput isteri puteri Raja Siantar marga Damanik Bariba.

14. Partuanon Aji Sinombah berdiri sekitar abad 14, rajanya bermarga Munthe menjemput isteri puteri Raja Silou marga Purba Tambak, kemudian puteri Raja Purba marga Purba Pakpak. Sebelum menjadi kerajaan, leluhur Munthe pada awalnya menikah dengan puteri Raja Silahi Sabungan.

Selain itu kerajaan luar yang tertarik menjemput isteri dari Simalungun, antara lain:

1. Sultan Deli ketiga yaitu Tuanku Panglima Paderap (1698-1728) menikah dengan puteri Raja Silou marga Purba Tambak yang bergelar Puan Sampali. Dari hasil pernikahan ini melahirkan Tuanku Usman Johan Alamsyah Kejeruan Junjungan pendiri Kesultanan Serdang tahun 1723. 

2. Sultan Asahan kelima yaitu Sultan Dewasyah (1765-1805) menikah dengan puteri Raja Tanoh Jawa marga Sinaga, namun tidak memiliki keturunan. 

3. Sultan Asahan kedelapan yaitu Sultan Muhammad Husinsyah (1813-1859) dengan Telaha puteri Raja Buntu Panei. 

4. Tengku Tan Abdurrahman (Tan Deraman) putera Radin Inu (Raja Pulau Brayan) Medan menikah dengan Wan Timah puteri Raja Dolog Silou marga Purba Tambak. 

5. Tengku Pangeran Muhammad Yasin (Mat Yasin) menikah dengan Puang Zainab saudari Datuk Tanjung Marawa marga Saragih Sidasalak dan melahirkan seorang puteri bernama Tengku Ngah Ramlah yang menikah dengan Tengku Bendahara Muhammad Nur. 

6. Sultan Deli kesembilan yaitu Tengku Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah (1873-1924) menikah dengan puteri Simalungun marga Purba yang bergelar Puan Kecik. Sultan Makmun Al-Rasyid merupakan pendiri Mesjid Raya Al-Mashun Medan tanggal 21 Agustus 1906. 

7. Sultan Serdang kelima yaitu Tengku Sulaiman Syariful Alamsyah (1879-1946) menikahi dua orang puteri Simalungun, pertama puteri Tuan Bah Perak yang bernama Encik Kurnia boru Purba Pakpak dan dari Raya bergelar Encik Raya boru Purba. Dari hasil pernikahan dengan Encik Kurnia melahirkan dua orang anak yaitu Tengku Puteri Nazry dan Tengku Rajih Anwar (putera mahkota) yang menggantikan ayahnya sebagai Sultan Serdang. Sedang dari hasil pernikahan dengan Encik Raya melahirkan Tengku Zahry dan Tengku Syahrial. Demikian sekilas sistem perkawinan di Simalungun pada zaman dahulu sewaktu masih eksisnya kerajaan. Demi menjaga keaslian keturunan dan lestarinya budaya Simalungun, orang Simalungun pada zaman dahulu menikah dengan sesama Simalungun. Hal itu terus berlangsung hingga meletusnya Revolusi Sosial 3 Maret 1946.
Share:

Ringkasan Sejarah Pernikahan suku Karo dan Simalungun

Oleh: Masrul Purba Dasuha 

1. Tuan Timbangan Raja Purba Tambak yang didudukkan sebagai penguasa di Silou Dunia dan merangkap sebagai panglima perang (Raja Goraha) Kerajaan Silou menikah dengan puteri Penghulu Pintu Banua (saudara dari Sibayak Jambur Lige) bernama Bunga Ncolei dari klan Karokaro Barus. Sejak masa pemerintahan Tuan Bedar Maralam, Kerajaan Dolog Silou Dunia yang pada masa itu beristana di Dolog Marlawan, Silou Kaheian menjenguk permaisuri ke Kerajaan Raya. Pada masa berikutnya Karokaro Barus beralih menjadi anak boru dari Purba Tambak dan kalangan Tarigan Tambak yang berdiam di perbatasan daerah Simalungun-Karo tetap menjadikan Karokaro Barus sebagai kalimbubu.

2. Sebelumnya salah seorang keturunan Purba Tambak yang berdiam di Tambak Bawang ada yang menikah dengan salah seorang puteri Karo dari Suka Nalu dan memperoleh lima orang anak. Putera sulungnya bergelar Ompung Nengel yang memiliki gangguan pendengaran dan putera kedua adalah seorang yang sakti, sepeninggalnya sosoknya dikeramatkan (sinumbah). Adik mereka yaitu Nai Horsik, Si Boru Hasaktian (pemilik pemandian keramat yang ada di Tambak Bawang), dan putera bungsu pergi ke Sukanalu ke kampung pamannya, keturunannyalah Tarigan Tambak yang ada di Sukanalu dan Kebayaken. Ompung Nengel merupakan leluhur Tarigan Tambak yang ada di Tambak Bawang dan Bawang, Kecamatan Dolog Silou. 

3. Marga Munthe dari Tongging dan Aji Sinombah (Ajinembah sekarang) selama beberapa generasi mengambil isteri puteri Raja Silou (Purba Tambak). Setelah Kerajaan Silou mengalami kemunduran pihak Ajinembah kemudian mengambil isteri dari Kerajaan Purba baik puteri raja (panak boru) di Pamatang Purba maupun dari Partuanon Purba Hinalang, dan Parbapaan Hinalang. Pining Sori (Munthe Tongging dan Ajinembah menyebutnya Si Raja Sori) leluhur Raja Raya merupakan keponakan (panogolan) dari Raja Silou (Purba Tambak). Ia pindah ke Raya Simbolon akibat terjadi konflik keluarga di Ajinembah, bersama dengan 6 orang pembantunya ia pindah ke Kerajaan Silou yang diperintah pamannya. Dalam perjalanannya menuju Raya Simbolon, dia bersama rombongannya sempat singgah dan menetap di kampung Garingging, kemudian meneruskan perjalanan hingga sampai Tingkos (Cingkes), salah seorang keturunan marga Purba Sigumondrong bergabung dalam rombongan mereka. Dari Tingkos mereka kemudian melintasi Purba Tua lalu sampai di Hinalang, salah seorang keturunan marga Sitopu tertarik mengikuti rombongan mereka. Dari sinilah awal kisah adanya Purba Sigumondrong dan Sitopu di Raya. Sesampainya di Raya Simbolon, Pining Sori sudah menemukan komunitas Saragih Sumbayak yang menjadi penguasa di Raya Tongah dan di Sipoldas dan Silampuyang juga sudah ada kelompok Saragih Sipoldas dan Saragih Sidabuhit yang merupakan leluhur Saragih Sidauruk.

4. Munthe dari Ajinembah merupakan tondong (Karo: kalimbubu) dari leluhur Karokaro Barus, Karokaro Sitepu, dan Karokaro Purba, sedangkan Munthe dari Tongging adalah tondong dari Purba Girsang di Si Lima Huta, hal inilah yang mendasari adanya tanah Purba Girsang di Tongging dan sekitar Si Pitu Huta Kecamatan Merek. Keturunan Purba Girsang yang menikah dengan boru Munthe dari Ajinembah disebut-sebut adalah manusia bunian yang sakti. Dari sinilah awal kisah lahirnya legenda Tarigan keturunan umang di tanah Karo yang sebenarnya hanya merujuk pada keturunan Purba Girsang/Tarigan Girsang/Tarigan Gersang.

5. Tondong pertama leluhur Munthe adalah marga Silalahi, Raja Silahisabungan memberikan tanah kepada Munthe di daerah Si Pitu Huta untuk tempat tinggal. Setelah berdirinya Urung Ajinembah, marga Munthe beralih mengambil isteri dari Kerajaan Silou (Purba Tambak),.kemudian disusul puteri Raja Purba, Tuan Hinalang, dan Purba Hinalang (Purba Pakpak) seperti yang saya uraikan di atas. Marga Munthe merupakan leluhur marga Sigalingging dan Sitanggang, di Simalungun keturunan Sigalingging menjadi Saragih Garingging. Sedang dari keturunan Sitanggang muncul Saragih Manihuruk, di tanah Karo jadi Ginting Manik. 

6. Beberapa orang keturunan Purba Pakpak dari Parbapaan Hinalang mengambil isteri dari klan Karokaro Sinulingga dan Karokaro Sitepu dari Sukanalu. Keturunan Purba Pakpak dari Hinalang ini pada zaman dahulu sering berniaga kerbau ke Sukanalu dan daerah Karo yang lain. Ketika mereka menikahi puteri Sinulingga dan Sitepu, saudara lelaki mereka ikut menyertai dan hal itu diwajibkan dalam adat Simalungun, di mana setiap wanita yang dinikahi oleh kaum pria Simalungun wajib mengikutsertakan saudara prianya untuk mendampinginya di kampung suaminya. Kehadiran kedua marga ini diikuti oleh Karokaro Barus yang sengaja datang untuk mencari kehidupan baru di Hinalang, agar dapat menetap di Simalungun mereka kemudian menyatu dengan marga Sitepu. Dari sinilah awal kisah adanya marga Lingga, Sitopu, dan Barus di Simalungun yang berawal dari kampung Hinalang di Kecamatan Purba. Pada zaman dahulu, ketiga marga ini berinduk pada marga Sinaga, namun pasca revolusi sosial tahun 1946 ketiga marga ini memisahkan diri dari Sinaga dan menjadi marga yang mandiri. Marga Lingga dan Sitopu tetap menjadi Simalungun, sedang marga Barus belakangan ini banyak yang kembali menjadi suku Karo.
Share:
Saya Masrul Purba Dasuha, S.Pd seorang pemerhati budaya Simalungun berasal dari Pamatang Bandar Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Simalungun adalah jati diriku, Purba adalah marga kebanggaanku. Saya hidup berbudaya dan akan mati secara berbudaya. Jangan pernah sesekali melupakan sejarah, leluhurmu menjadi sejarah bagimu dan dirimu juga kelak akan menjadi sejarah bagi penerusmu. Abdikanlah dirimu untuk senantiasa bermanfaat bagi sesama karena kita tercipta sejatinya memang sebagai pengabdi.

Video of Day

Blogroll

Flag Counter

Join Us Here

Blog Stats

Categories

Find Us On Facebook